Gelombang El Nino (Kemarau
panjang) sering kali dituding-tunding menjadi penyebab terjadinya kebakaran
hutan (karhutla) di Indonesia. Namun apakah benar karhutla yang terjadi selama
ini disebabkan oleh Gelombang El Nino?
Source : gapki.id |
Setiap tahunnya, di beberapa daerah
di Indonesia selalu mengalami bencana kebakaran hutan dan lahan. Karhutla yang
berulang tiap tahunnya, berhasil menghilangkan jutaan hektar kawasan hutan
yang merupakan lahan hijau yang seharusnya dilestarikan.
Beberapa daerah yang menjadi
langganan kebakaran hutan adalah Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Papua. Namun tak usah jauh-jauh
melihat ke daerah-daerah tersebut, di Pulau Jawa sendiri juga sering terjadi
kebakaran hutan meski areanya tak seluas di daerah-daerah yang aku sebutkan
tadi.
Saat melakukan pendakian ke Gunung
di daerah Jawa, aku beberapa kali menemukan sisa-sisa area hutan yang
terbakar. Hal ini nampak dari pohon-pohon yang mati dan gosong.
Waktu melakukan pendakian ke Gunung
Semeru di Lumajang, Jawa Timur. Di area Cemoro Kandang (hutan cemara) kudapati
area yang gersang habis terbakar. Begitu pula saat mendaki ke Gunung Lawu di
Magetan, Jawa Timur, aku juga mendapati jalur yang habis terbakar. Terlihat
dari sisa-sisa pohon yang menghitam setelah dilalap api.
Peristiwa karhutla di Indonesia
sendiri telah menghanguskan 1.6 juta hektar hutan dan lahan. Peristiwa ini
menjadi yang terparah sejak bencana asap yang terjadi di tahun 2015.
Data dari Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia menyebutkan bahwa luas karhutla dari
tahun 2016 hingga 2020 sudah mencapai 3.079.913,77 hektar. Dan di tahun 2021
sendiri, hingga hari ini luas luas karhutla telah mencapai 4.813 hektar.
Banyak yang mengatakan bahwa
kebakaran hutan ini terjadi karena gelombang El Nino yang melewati negara kita
ini. Namun, apakah benar bahwa penyebab kebakaran hutan selama ini adalah
karena Gelombang El Nino?
Sebelum menelitik lagi penyebab
kebakaran hutan yang selalu berulang tiap tahunnya di Negara Tropis ini, ayuk
kita lihat dampak apa saja yang terjadi akibat kebakaran hutan dan lahan selama
ini.
Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan
Tahun 2015 dan 2019 menjadi tahun terburuk
kebakaran hutan dan bencana kabut asap di Indonesia. Banyak dampak yang
ditimbulkan dari bencana kebakaran hutan tersebut. Dampak yang ditimbulkan tak
hanya terhadap lingkungan, tapi juga berdampak terhadap kehidupan sehari-hari
masyarakat yang tinggal didekat daerah karhutla
Dampak Terhadap Lingkungan
Hutan merupakan tempat tinggal
berbagai macam flora dan fauna. Tak hanya tempat tinggal, hutan juga merupakan
tempat hidup mereka, tempat mereka mencari makan dan berkembangbiak.
Bayangkan saja, apa yang terjadi
jika hutan tempat mereka tinggal dan hidup terbakar dan rusak. Dimana kah
mereka nantinya akan tinggal?
Dari gambar di atas, dapat kita
lihat karhutla membuat banyak orang utan kehilangan habitat mereka. Nampak di
sana sejumlah orang utan keluar keluar dari hutan di tengah kabut asap yang
menyelimutinya.
2. Alih Fungsi Hutan
Untuk mengembalikan hutan yang
telah terbakar seperti sedia kala, membutuhkan waktu yang sangat lama. Hal ini
membuat beberapa pihak alih-alih berusaha mengembalikan fungsi hutan kembali,
mereka malah lebih memilih untuk mengalihkannya menjadi lahan perkebunan.
Pengalihan lahan ini sangat
merugikan bagi lingkungan, karena menghilangkan fungsi hutan sebagai paru-paru
dunia. Tak hanya merugikan bagi lingkungan pengalihan juga merugikan bagi
makhluk hidup disekitarnya.
3. Menurunkan Kualitas dan Kuantitas air
Tak hanya sumber penghasil oksigen,
hutan juga merupakan sumber mata air.
Pohon-pohon yang terbakar dan mati tak lagi bisa menyimpan cadangan air dalam
tanah. Sehingga kuantitas air menjadi berkurang dan dapat menimbulkan
kekeringan saat musim kemarau terjadi.
4. Timbulnya Polusi Udara
Kebakaran hutan yang terjadi
menimbulkan kabut asap. Semakin luas hutan yang terbakar, semakin tebal pula
kabut asap yang dihasilkan di daerah tersebut. Kabut asap yang tebal,
menimbulkan polusi udara dan mengurangi jarak pandang. Berkurangnya jarak
pandang ini bisa mengganggu aktivitas masyarakat di sekitarnya.
Selain mengganggu aktivitas polusi
udara juga menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau ISPA (Infeksi
Saluran Pernafasan Atas) seperti penyumbatan paru-paru, iritasi pada mata dan
kulit. Tak hanya masyarakat yang terdampak kabut asap, hewan-hewan yang tinggal
di hutan juga bisa mati karena terkontaminasi asap.
5. Meningkatkan Pemanasan Global
Kebakaran hutan yang terjadi di
Indonesia telah menyumbangkan kenaikan emisi karbon yang signifikan secara
global. Semakin luas hutan yang terbakar, semakin banyak gas karbondioksida
yang dihasilkan.
Banyaknya karbondioksida yang
dihasilkan menjadi penyebab efek rumah kaca, sehingga meningkatkan terjadinya
pemanasan global. Hutan yang berfungsi sebagai tempat untuk mengubah
karbondioksida menjadi oksigen, ketika terbakar malah berfungsi sebaliknya.
Jika luas hutan semakin menyusut,
lalu siapa lagi yang mampu membantu kita untuk mengurangi gas rumah kaca yang
menjadi penyebab pemanasan global. Di tahun 2015 sendiri, kebakaran hutan
melepas lebih banyak karbon ke atmosfer dibandingkan dengan total emisi tahunan
negara ekonomi besar seperti Jepang dan Inggris.
Pada kebakaran 2019 juga melepas
emisi gas rumah kaca yang sangat tinggi, beberapa emisi tahunan bahkan melebihi
emisi di tahun 2015. Kebakaran 2019 melepaskan 708 juta ton emisi gas rumah
kaca (CO2). Hampir dua kali lipat lebih besar dari pada kebakaran di Sebagian
Amazon, Brasil (CAMS 2019).
Dampak Terhadap Kesehatan dan Pendidikan
Karhutla juga berdampak terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah hutan yang terbakar. Bahkan asap kebakaran hutan juga bisa sampai ke negeri sebrang. Salah satu dampak yang dirasakan oleh masyarakan adalah di Kesehatan dan Pendidikan.
1. Kesehatan
Polusi udara yang ditimbulkan oleh
karhutla menyebabkan banyak masyarakat mengalami penyakit pernapasan dan kulit.
Dari kebakaran hutan di tahun 2015 sendiri tercatat 600 ribu jiwa terjangkit
ISPA, 6.025 warga menderita ISPA, sejumlah bayi menderita batuk, flu, sesak
nafas dan muntah. Lebih dari itu, tercatat 24 orang meninggal dunia.
2. Pendidikan
Dari kebakaran hutan di tahun 2015, 1.5 juta peserta didik
mengalami ketinggalan pelajaran. Hal ini dikarenakan banyak sekolah yang
menghentikan kegiatan belajar mengajar karena kondisi asap yang tebal dan
menyulitkan untuk melakukan kegiatan di luar rumah.
Menurut UNICEF, kebakaran hutan di
tahun 2019 menyebabkan lebih dari 46.000 sekolah memiliki kualitas udara yang
buruk.
Kebakaran Hutan Karena Ulah Manusia
Tak hanya karena gelombang El Nino
yang sering di tuding sebagai penyebab kebakaran hutan, menurut BNPB kebakaran
hutan dan lahan di Indonesia penyebabnya adalah 99% ulah manusia dan 1% nya
adalah alam. Terlihat dari penggunaan praktik tebang dan bakar oleh petani dan
perusahaan yang menjadi penyebab terjadinya pengalihan fungsi hutan.
Hal ini nampak dari analisis citra
satelit yang menunjukkan pembangunan kanal dan blok tanam baru mengawali
datangnya api. Pembakaran hutan yang disengaja ini juga terlihat dari
pengalihan fungsi. Misal setelah terjadi kebakaran hutan, akan ada penanaman kelapa
sawit di area kebakaran.
Meski temuan soal keterlibatan
korporasi cukup terang benderang, penegakan hukum tak selalu berakhir dengan
pidana bagi pelaku pembakaran hutan. Yang kita takutkan, bila tidak ada hukum
yang tegas kepada mereka yang secara sengaja melakukan pembakaran hutan, luas
wilayah hutan kita akan semakin menipis.
Kalau bukan dari kita sendiri yang
mulai menyadari tentang dampak yang timbul akibat kebakaran hutan. Lalu siapa
lagi yang mau peduli tentang pelestarian hutan kita.
Rasanya patah hati setiap baca/dengar berita kebakaran hutan. Kebayang berapa banyak flora dan fauna yang jadi korban. Belum lagi kabut asap yang mengganggu pernafasan. Rusak pula ekosistem penunjang kehidupan. Ah, semoga makin ke sini kesadaran untuk menjaga hutan sebagai sumber udara bersih makin meningkat. Jangan ada lagi kebakaran hutan
BalasHapusSosialiasi tentang kebakaran hutan ini memang harus gencar dilakukan, karena sebagai reminder untuk kita semua agar bersatu menjaga pelestarian hutan
BalasHapusMemang kerusakan hutan selain karena faktor perubahan iklim yang nakin mengkhawatirkan, juga tentunya ada andil manusia jugaa, prihatin sih, ayo dong yuk rawat lagi dan hijaukan lagi hutan2 Indonesia
BalasHapusKasian juga El Nino dijadiin kambing hitam mulu, padahal ini kan 99% ulah manusia. Yakin deh pasti ini ulah manusia yg ga bertanggung jawab tapi cuma mengedepankan cuan.
BalasHapusBener mbak. Aku pikir di Indonesia juga nggak sepanas itu lho ya. Kemarau juga nggak kemarau deh. Kambing hitam doang ini mah. Yakin ini ulah tangan2 serakah huhuhu.
HapusKebakaran hutan bukan hanya efeknya pada manusia lain yang gak ada hungannya dengan pembakaran lahan dan hutan, tapi juga flora dan faunan-nya ya. Sedih banget penyebabnya adalah manusia yang membuka lahan dengan cara pintas, hiks. Semoga hutan yang masih tersisa tetap terjaga.
BalasHapusSedih banget tiap baca tentang kebakaran hutan tuh
BalasHapusBukan hanya manusia, tapi juga hewan-hewan yang berhabitat asli di situ, tanaman khas, akan perlahan punah
Semoga dengan banyaknya blogger mengangkat isu lingkungan, makin besar juga usaha kita agar kelestarian hutan tetap terjaga
sedihnya lagi kek kemarin pas tinggal di kalimantan selatan yang notabene ada hutan lebat juga jadinya panas banget karena sudah banyak ditebang yaa.. manusia ini punya peran penting untuk memelihara alam tapi malah lebih bnyk mengekspolitasinya yaa, sedih bgt
BalasHapusMasalah yg selalu muncul setiap tahun. Memang kebakaran hutan dan lahan adalah ulah manusia yg hanya mementingkan kantongnya sendiri.
BalasHapusSedih banget ya mengetahui fakta tentang kebakaran hutan dan lahan ini
BalasHapusTernyata karena ulah manusia ya
Semoga bisa segera teratasi
G ada lagi yg merusak lingkungan seperti ini
dampak dari kebakaran hutan ini emang sangat fatal ya kak, terutama untuk para satwa-satwa yang tinggal di hutan. sayangnya Kalimantan yang dulunya berjuluk paru-paru dunia, sekarang luas hutannya makin berkurang
BalasHapusMemang ya kebakaran hutan ini justru banyak dampaknya kekita. Memang sudah seharusnya kebakaran hutan ini ditangani secara serius. Apalagi sekarang kalau pembukaan lahan baru pasti dengan cara dibakar. Padahal ini justru membahayakan ya, semoga kita atau para oknum yang suka membakar hutan sadar dan tidak mengulanginya lagi.
BalasHapusKebakaran hutan ini sring terjadi di Indonesia, semua pihak harus lebih meningkatkan kolaborasinya untuk membuat hutan kita makin terlindungi
BalasHapuskebakaran hutan ini semakin marak terjadi yaa mba, hmm Krisis iklim memang semakin parah deh
BalasHapusKalau ngomongin Karhutla emang gabakal cepet kelar sih. Banyak pihak yang terlibat dan mayoritas engga sadar. Disangka alam yang menyebabkan, padahal yaaa manusia laaah!
BalasHapuskebakaran hutan ini sama juga dengan pembukaan kawasan hutan tanpa memperhitungkan amdal, yang membuat malapetaka alam ya manusia itu sendiri, dan yang tidak bersalahpun ikut mendapat akibatnya
BalasHapussemoga hutan kita selalu lestari
penyebab kebakaran hutan ga melulu iklim atau cuaca ya, seringkali aktivitas manusia yg berlebihan juga bisa jadi sumber utama karhutla, emang harus bangun kesadaran dan pembenahan peraturannya mungkin ya, biar bisa ada penegakan hukum buat mencegah karhutla
BalasHapusSungguh sedih sekali melihat fenomena karhutla ini.
BalasHapuskarena dampak saat kebakaran dan setelahnya sangat panjang. Bukan hanya bagi "penghuni" hutan itu sendiri, tapi juga dampak jangka panjang bagi bumi tempat kita tinggal dan mencari penghidupan.
Sungguh harus mulai meningkatkan kesadaran mengenai bumi, hutan dan lingkungan tempat kita tinggal.
Bisa jadi sih. Tapi mungkin juga ada faktor lain yang menyebabkan kebakaran hutan. Misalnya, ulah-ulah tangan tak bertanggungjawab
BalasHapus