Dua Sisi, Gili Trawangan

Gili trawangan, pulau kecil ini terletak di sebelah utara pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Yang membuat pulau ini menarik adalah peraturan yang melarang pengunjung menggunakan kendaraan bermotor.  Jadi alat yang transportasi yang digunakan adalah sepeda, delman dan pedati. Bebas polusi itulah salah satu hal yang dicari  pengunjung. Selain itu ada sebagian lain yang dicari para pengunjung.


Bulan Agustus kemarin saya berkesempatan untuk mengunjungi pulau kecil ini. Untuk sampai ke Gili trawangan kita harus naik perahu kayu dari pelabuhan bangsal, Senggigi. Tiket bisa di beli di peron pembelian di pelabuhan dengan harga 5 ribu rupiah per orang, untuk turis asing harga berbeda.

Hari sudah hampir sore waktu saya berangkat dari pelabuhan bangsal. Butuh waktu sekitar 30-45 menit menyebrang tergantung dari ombak lautan. Sampai di gili trawangan waktu sudah hampir memasuki waktu maghrib. 

Sesampainya saya di gili trawangan, saya dan teman-teman saya berjalan jalan sebentar di sepanjang pinggir pantai. Di pinggir-pinggir pantai dipenuhi dengan caffe, bar, rumah makan dan mini market. 

Suara music memenuhi jalanan disana. Mulai music regae, pop, rock. Caffe dan bar diusung sesuai dengan tema music masing-masing.

Karena mayoritas pengunjung adalah turis asing yang gaya berpakaiannya sedikit terbuka, saya yang berkerudung menjadi merasa aneh sendiri berjalan diantara mereka. Aneh karena berjalan di caffe dan bar tempat party. Pertama dan terakhir saya ke caffe n bar itu saya nonton kKahitna dan waktu itu saya belum berjilbab.

Semakin malam suana pinggir pantai semakin semarak dan ramai. Lampu mulai di nyalakan, music semakin kencang dan pengunjung mulai keluar dari penginapan dan memadati pinggir pantai. Bagi saya kehidupan disana sangat bebas. Minuman keras disajikan, hampir semua caffe menjadi tempat party malam hari. Kehidupan malamnya sangat semarak.

Memasuki waktu maghrib, saya dan teman-teman saya mencari masjid untuk shalat. Setelah mendapat arahan dari warga kami pun berjalan menuju tempat yang di beritahukan. Tempatnya masuk ke dalam, melewati beberapa penginapan dan tempat permukiman warga. Suasana lebih sepi dan tenang, sesekali melintas pedati membawa karung-karung besar entah apa isinya.

Semakin kedalam sesekali terdengar suara anak kecil mengaji di dalam rumahnya. Di sisi ini saya merasa sedang berada di permukiman muslim. Dimana suara anak-anak mengaji terdengar di setiap rumah. Dan ternyata masjid disini juga besar, meskipun masih dalam tahap renovasi. Beberapa jamaah laki-laki terlihat masih berdiam diri di sana. 

Dua sisi yang berkebalikan ini yang saya temui disana. Di balik hingar bingar gili trawangan, ternyata masih ada ayat-ayat alquran yang terlantun. Masih ada Warga disana yang tidak terkontaminasi dengan kehidupan bebas yang dibawa pengunjung. 

Tidak ada komentar

Posting Komentar