dkjshfkmdsacknbajcndwakncdiejhceuiwj

Kumpulan Cerita Perjalanan

Puisi-puisi Ayah AndreaHirata

Ini adalah kumpulan puisi karya Andrea Hirata dalam bukunya yang berjudul Ayah.

Cinta adalah mahkota puisi
Musim adalah giwang puisi
Hujan adalah kalung puisi
Bulan adalah giwang puisi
Cincin adalah perhiasan

Wahai awan
Kalau bersedih
Jangan menangis
Janganlah turunkan hujan
Karena aku mau pulang
Untukmu awan
Kuterbangkan layang-layang

Waktu dikejar
Waktu menunggu
Waktu berlari
Waktu bersembunyi
Biarkan aku mencintaimu
Dan biarkan wktu menguji

Datanglah seribu serdadu membekukku
Bidiklah seribu senapan, tepat ke ulu hatiku!
Langit menjadi saksi aku disini, untuk mencintaimu!
Dan biarkan aku mati dalam keharuman cintamu

Rindu yang kutitipkan melalui kawan
Rindu yang kutinggalkan dibangku taman
Rindu yang kulayangkan kea awan-awan
Rindu yang kutambatkan di pelabuhan
Rindu yang kuletakan diatas nampan
Rindu yang kuratapi dengan tangisan
Rindu yang kulirikan dalam nyanyian
Rindu yang kusembunyikan dalam lukisan
Rindu yang kusiratkan dalam tulisan
Sudahkah kau temukan?

Meski tak sekolah
Tapi kambing bangun pagi
Sapi bangun lebih pagi lagi
Dengan penuh kerendhan hati
Aku sabari bin insyafi
Menulis ini untuk mohon diri

Dan tahukah kau, Kawan, apa yang ada dalam teh itu?
Tahukah?
Es.
Itulah benda yang ada didalam gelas the itu
Es, tak lain tak bukan es.
Oleh karena itu, menurut hematku, para pemilik pabrik sedan karyawannya adalah orang-orang yang disayang Tuhan
Persahabatan kita indah tak terperi, sehingga rembulan iri
Salam tangan memeluk badan ( karena dinginnya gudang se)
Dalam dekapan rindu, kawanmu selalu
S, dan A, B, R, dan I

Wahai warna-warni yang berkelebat!
Tak sudikah singgah sebentar?
Hinggap dihatiku yang biru
Mengharu biru karena rindu


Wahai punai yang berkelebat
Terbang-terbanglah terus kebarat
Karena aku sedang ingin sendiri
Sendiri, rindu, indah terperi

Kulihat kawan-kawanku di laut
Kulihat kawan-kawanku dilubang-lubang tambang
Kulihat kawan-kawanku disudut-sudut pasar
Kulihat kawan-kawanku di pabrik-pabrik
“Hai, tahukah kau?” Kawanku bertanya
“Kawanku sudah pergi,”
Kulihat kawan-kawanku telah memberiku semuanya
Kulihat waktu mengambil semuanya
“Tidakkan kau bersedih, Kawan?” Tanya kawanku
Tidak, karena waktu juga kawanku

Janganlah bersedih, waktu mengambik seorang sahabat, dan waktu akan menggantikannya dengan sahabat yang lain. Berdamailah dengan waktu, karena waktu akan menumbuhkan dan menyembuhkan.

Dua pohon yang menyendiri
Dua pohon di tepi sungai yang mengalir sepi
Berdiri tegak, muda dan tumbuh
Mareka ingin sesuatu
Namun, mereka tetap diam

Yang kan kukenang hingga akhir nanti
Takkan habis jari jemari
Salah satunya engkau, Batanghari

Berdiri aku ditepi sungaimu
Terpana aku melihat sejarang mengalir disitu
Siak, siak
Kenanglah aku
Seperti aku selalu mengenangmu

Bulan lebih rendah
Bintang-bintang dapat dijangkau
Matahari lebih hangat
Karena ingin melihat rengat dari dekat

Kulihat rumah berbaris-baris
Di pekarangan bersenda gadis-gadis
Tiada pantun yang lebih manis
Selain pantun dari bengkalis

Bagai sampan terikat pada bengawan
Bagai ikan terikat pada lautan
Bagai angin terikat pada awan
Begitulah hatiku terikat pada Pariaman

Kawanku Indragiri Hulu
Apalah dayaku melawan waktu
Kalau tiada saatnya nanti kutinggalkanmu
Bujuklah aku, agar tak menangisimu

Anakku, hapuslah air matamu
Suatu hari nanti
Waktu akan membawamu kembali
Indragiri Hulu akan memelukmu lagi

Kalau kau dapat melihat kedalam jiwaku
Kau akan melihat sungai mengalir
Anak-anak sungai itu berhilir di mataku
Dan bermuara di hatimu

Wahai bagan siapiapi
Kau tahu, dengan satu puisi, aku dapat menaklukkanmu
Namu, kerling senjamu malah membuatku cemburu
Bagan, dan cinta pada laut yang kau ajarkan kepadaku
Bagan, rindu akan debur ombak yang kau nyanyikan untukku
Siapiapi, dibawah pesonamu, aku minta diri
Siapiapi, tibalah saatnya aku pergi
Namun, kalau aku tak lagi disini
Kuingin kaupun tahu, Siapiapi
Bahwa hatiku, telah kau curi

Kulalui sungai yang berliku
Jalan panjang sejauh pandang
Debur ombak yang menerjang
Kukejar bayangan sayap elang
Di situlah kutemukan jejak-jejak untuk pulang
Ayahku, kini aku telah dating
Ayahku, lihatlah, aku sudah pulang

Engkau itu sunga?
Yang berbicara kepadaku
Bersekutu dengan waktu
Membuatku malu?

Aku adalh sungai
Aku adalah anal belibis
Aku adalah awan-awan sisik Januari
Takada, tak ada
Meski kau tenggelamkan aku di dasarmu
Tak ada bahagia yang dapat kau sembunyikan dariku



Explore Indonesia : Hidden Beach di Balekambang



Kalo kalian anak malang pasti sudah tak asing lagi dengan yang namanya pantai balekambang. Pantai yang berada di selatan kota malang tepatnya di kecamatan bantur Kabupaten malang ini memang terkenal dengan keindahannya.

Ditambah lagi dengan adanya pura kecil di pulau seberang panta. Yang jika kita akan kesana harus melewati jembatan sejauh 500an meter. Pantai ini juga biasanya di gunakansebagai tempat untuk beribadah bagi pemeluk agama hindu. Setiap hari raya umat hindu pasti pantai ini ramai dikunjungi untuk melakukan ritual doa. 

Nah pantai yang akan aku ceritakan ini bukanlah pantai balekambang, tetapi pantai yang terletak di sebelah pantai balekambang yang tidak begitu banyak orang tau.

Kalo kalian akan ke pantai ini, kalian harus msuk ke pantai balekambang dulu. Kemudian berjalan melewti pura dan menyebrang ke samping pantai. Disana kalian akan bertemu dengan pos penjagaan lagi dan harus membayar tiket masuk 3000 rupiah.

Setelah itu kalian harus jalan lagi melewati hutan kecil yang penuh dengan pohon kelapa dan semak belukar. Tapi tenang saja ada beberapa tanda untuk menuju pantai ini.

Pantai ini belum ada namanya, karena memang tidak banyak yang tau tentyang pantai ini. Setelah melewati semak dan pepohonan kalian akan menikamati pantai indah ini.

Karena memang belum banyak yang tau jadi pantai sangatlah sepi, sehingga terasa seperti pantai pribadi, hanya kita saja yang menikmati pantai itu. Pasirnya putih dan halus.

Deburan ombakpun tidak begitu besar sehingga kita bisa bermain air laut. Asin rasanya itu pasti namanya juga air laut. Tapi kesenangannya itu luar bisa.

Kalo air surut, kita bisa bermain sepak bola di hamparan pasir. Kita juga bisa bermain bangunan pasir. Tak hanya itu disana juga kita bisa menemukan binatang laut yang masih hidup yang terseret ke daratan.

Ada bulu babi yang menempel dikarang, tapi awas jangan sampei kena tangan kalian karena nanti bisa gatal-gatal. Keong laut yang berjalan di hamparan pasir. Kepiting kecil yang berlarian menjauh dengan apit kecilnya.

Dan tentunya tak ada sampah yang berserakan diatas pasir pantai. Sehingga pasir benar-benar terlihat bersih. Dan kitapun pulang tak meninggalkan sampah disana, bukan karena ada petugas yang tidak membolehkan tapi karena kita harus menjaga kelestarian alam kita.

Explore Indonesia : River Tubbing Coban Jahe Pakis Malang



Ada banyak tempat yang bisa dikunjungi di Kota Malang. Salah satunya Coban Jahe. Coban Jahe ini terletak di Kecamatn Pakis, Kabupaten Malang, tidak jauh dari taman wisata mendit.

Kalo dari kota bisa ditempuh dalam waktu 1 jam. Tidak banyak yang mengetahui tempat ini, akupun juga baru tau setelah diajak temanku river tubbing disini.

Aku dijemput temenku dirumah kira-kira pukul 10 pagi, dan kita sampai di gerbang lokasi kira-kira pukul 11.30 karena ditengah perjalanan kesana ban mobil gembos sehingga kita harus berhenti sejenak untuk ganti ban.

Sesampai di gerbang, barulah kita diberi tau kalau mobil tidak bisa masuk sampai ke Coban Jahe.karena kondisi jalan tidak memungkinkan untuk dilewati mobil. Dan memang benar kondisi jalan menuju keCoban Jahe sangatlah mengenaskan.

Tidak hanya berbatu dan berlumpur tapi hampir tidak ada jalan yang rata. Sealin itu jalannya juga menanjak dan sempit. Oleh karena itu jalan hanya bisa untuk motor sport atau motor rider.

Padahal dari gerbang ke Coban Jahe masih sangat jauh, kalo ditempuh dengan berjalan kaki. Akhirnya temenku telpon ke temen yang sudah sampai duluan di lokasi yang menggunakan sepeda motor utnuk menjemput kami di gerbang masuk.

15 menit kemudian mereka datng, mobil diparkir d samping sawah dan kita semua naik motor ke lokasi. Karena medan yang jelek kita hrus jalan pelan-pelan dan berhati-hati. Salah satu motor temanku yang didepan sempat jatuh karena tanjakan dan ban tergelincir batu. 15 menit perjalanan akhirnya samailah kita di Coban Jahe.

Ternyata coban ini tak seperti yang aku bayangkan. Memang track masuknya jelek banget berbatu dan berlumpur, tapi area wisatanya tertata bagus dan indah. Kalo menuju ke cobannya kita melewati taman bunga warna-warni. Disana ada juga gazebo kecil untuk duduk duduk berkumpul dan menikmati pemandangan air tejun di depannya. 

Karena kita kesana tidak hanya untuk menikmati pemandangan alamnya saja maka kita langsung siap-siap untuk melakukan river tubbing. Kita mulai memakai jas pelampung dan helm savety.

Kemudian briefing dan doa sebelum memulai kegiatan. Setelah itu melakukan pemanasan sebentar dan langsung membawa ban ke bawah air terjun. 

Setelah foto-foto selfie sebentar, kita mulai river tubbing. Satu persatu anak berjajar bergiliran melewati jalur sungai. Pada lintasan yang pertama ada kejadian yang menegangkan.

Kita awalnya bersembilan, nah pas mau ke lintasan kedua kan diitung udah lengkap belum pesertanya. Setelah diitung hilang satu anak, yang ada di giliran ke 3.semua bingung nyariin. Mana kita parno karena minggu yang lalu ada anak smk yang hilang juga di Coban Jahe ini.

Setelah beberapa menit menegangkan tenyata tuh anak udah nylonong duluan tanpa tunggu aba-aba. Dan udah jauh dari lintasan yang pertama. Setelah dapat kabar itu akhirnya kita lanjutkan lagi dengan 8 anak ini. 

Kegiatan berlangsung seru dan ceria. Ada saja alas an utnutk tertawa, entah menertawakan teman yang jatuh dari bannya atau memertawakan diri sendiri karena terguling dan jatuh dari ban.

Lintasannnya pun tidak begitu sulit, meskipun kadang ada yang nyangkut di batu kali dan harus goyang dumang dulu biar bisa jalan. Kalo udah nyangkut dan ga jalan-jalan ada mas mas yang bantuin narik bannya. Saat ada jeram pasti pada teriak girang, entah karena takut, ato karena seneng.


Nah pada lintasan terakhir ini yang bikin deg-degan. Aliran airnya tenang kita disuruh berhenti dan berdiri menunggu teman yang lain. Setelah berkumpul semua barulah aku tau didepan ternyata adalah dam.

Tinggi nya kira-kira 3-4 meteran. Salah satu jalan untuk kebawah hanyalah dengan meloncatin dam tersebut. Deg-degan itu pasti, tapi aku haru tetap melewati rintangan itu. Satu persatu meluncur menggunakan ban ke bawah.

Ada rasa takut, senang, seru, penasaran campur aduk jadi satu. Dan tibalah pada giiranku, aku sudah sia dududk di atas banku. Dengan aba-aba 1 2 3 aku meluncur kebawah. jeritan pun keluar dari mulut. Sampi dibawah rasanya seru banget, seneng dan ketakutannya ilang. 

Dan ternyata tak hanya aku yang merasa seperti itu semuanya juga. Dan karena ingin merasakannya lagi kita pun mencoba beberapa kali. Naik lagi keatas dan meluncur kebawah. Itu merupakan lintasan terakhir, setelah itu kita pasangkan ban kita di belakang  punggung, seperti tas punggung.

Kata anak-anak sih kayak kura kura ninja ahah. Kemudian kita jalan kaki menuju tempat start kegiatan. Meskipun jalan jauh dengan badan basah semua kita masih tetap ketawa senang. Benar benar liburan yang menyenangkan.

Note: buat yang ingin mencoba river tubbing di Coban Jahe bisa langsung kesana, biaya paketan 75rb/orang sudah termasuk tiket masuk, dokumentasi dan makan siang.

Jelajah Museum



Selama di Jakarta, hampir setiap hari minggu aku selalu meluangkan waktuku untuk jalan-jalan. Entah dengan teman atau sendiri aja. Walau hanya sekedar pergi ke Gramedia untuk sejenak membaca buku, yang penting gak hanya tidur di kosan. Salah satu penyebabnya mungkin karena tidak ada hiburan di kosan dan salah duanya  karena aku memang suka hangout. Nah kali ini aku akan jelajah museum di area Jakarta Pusat

Minggu pagi itu Jakarta hujan, tapi karena kita udah ngebet pingin jalan, hujanpun kita tetap keluar kosan walaupun kasur terlihat lebih nyaman dari pada keluar dikala jalanan basah dan genangan air dimana-mana. 

Destinasi pertama jelajah museum kami  adalah Museum Nasional / Museum Gajah, Jakarta Pusat. Museum ini terletak persis di seberang halte Bus Monas. Di depan museum ini terdapat patung anak gajah, mungkin karena itu ada yang menyebutnya museum gajah, meskipun di gerbang depan tertulis Museum Nasional.

Sebelumnya aku pernah kesini, tapi karena temanku yang satu ini belum jadilah aku tour guidenya dan dia akan menjadi tour guideku ke museum fatahillah dan museum seni yang akan kita kunjungi setelahnya.

Untuk memasuki museum gajah ini kita harus membeli tiket seharga lima ribu rupiah. Museum gajah ini terdiri dari 2 gedung utama yaitu gedung lama dan gedung baru.

Gedung lama terdiri dari satu tingkat dan gendung baru ada 4 tingkat. Di gedung lama kita bisa melihat beberapa koleksi arca yang diambil dari beberapa tempat. Kebanyakan arca disana sudah tidak utuh lagi. Ada yang tangannya sudah tidak ada atau bahkan hanya kepalanya saja. Ada juga beberapa prasasti yang di pajang disana. 

Setelah melewati pelataran utama yang terdiri dari ruang arca dan taman tengah. Kalian bisa masuk ke ruang peninggalan pra sejarah.

Disini di tampilkan beberapa peninggalan prasejarah. Mulai dari jaman batu, dimana alat yang digunakan untuk merobek kulit binatang adalah batu batu kecil yang tipis. Dan ada gambar proses perkembangan manusia.

Kemudian manusia mulai berkembang dan bisa menggunakan perunggu, menciptakan tungku dan pisau. Setelah itu ada ruang arca dari perunggu. Disana ditampilkan beberapa arca mini dewa siwa, arjuna, dewi sinta dan dewa-dewa lainnya dalam ukuran kecil yang terbuat dari perunggu. 

Dari ruang itu kita bisa bergerak ke ruang sebelah kiri, disini masih merupakan gedung lama. Disini terdapat koleksi-koleksi kebudayaan daerah dari sabang sampai merauke.

Pintu pertama terdiri dari kebudayaan daerah pulau Sumatra,kemudian disusul Jawa, Kalimantan, Bali, Sulawesi hingga berakhir Irian Jaya. Disana menampilkan mulai baju adat, rumah adat, alat perang sampai adat istiadat.

Itu merupaka ruang terakhir di gedung lama, dari sana kita bisa berpindah ke gedung baru. Desain ruang dan tata letak lebih modern dari gedung lama.

Di pelataran depan biasa di buat untuk acara talkshow atau lomba dan bazar. Ruanganya juga sudah di lengkapi dengan escalator dan lift sehingga memudahkan pengunjung untuk melihat koleksi di lantai atas. 

Di lantai satu tidak begitu banyak koleksi yang  di perlihatkan. Lebih memperlihatkan pengetahuan tentang perkembangan manusia. Lebih banyak manikin manusia saat jaman batu dan bagaimana mereka berevolusi sehingga sampai menjadi manusia modern seperti sekarang ini. Juga terdapat beberapa tengkorak manusia jaman purba.

Dilantai dua dan tiga koleksi yang di perlihatan lebih banyak. Terdapat beberapa alat transportasi jaman dulu, mulai dari pearhu sampai sepeda. Beberapa pakaian adat, dan perhiasan kaum raja di beberapa daerah. Ada pula peralatan perang seperti senapan panjang, pedang dan lain sebagainya.

Di lantai emapat ini merupakan ruang khusus untuk koleksi perunggu dan keramik. Dan untuk ke lantai empat tidak ada escalator atau tangga, jadi harus menggunakan lift. Di lantai empat ruangan di bagi menjadi dua yaitu ruang untuk koleksi perunggu dan emas dan ruang kedua adalah ruang untuk keramik.

Dalam ruang keramik kita tidak di perbolehkan mengambil gambar. Dalam ruang keramik ini terdapat koleksi keramik dari daerah china hongkong dan Taiwan. Di ruang perunggu dan emas terdapat koleksi aksesoris badan dan keris. 

Setelah dari museum Nasional kita melanjutkan jelajah museum kami ke beberapa museum di Kota Tua, Jakarta Barat. Dengan menggunakan Commuter Line kita menuju ke kota tua. Disana kita mengunjungi museum fatahillah.

Dengan membayar tiket sebesar lima ribu rupiah kita bisa masuk ke dalam museum. Di sana kita tidak boleh menggunakan alas kaki yang kita pakai, jadi kita di pinjami sandal jepit yang memang khusus disediakan oleh pengelola museum.

Koleksi di sini tidak sebegitu banyak seperti di Museum Nasional. Museum fatahillah ini lebih menonjolkan penginggalan peralatan rumah tangga jaman dulu. Seperti lemari, meja, kursi, ranjang, dan cermin.

Disana di perlihatkan ruang makan jaman dulu itu seperti apa,kamar jaman dulu itu tataletaknya seperti apa. Disini jufa terdapat beberapa koleksi keramik. Tapi tidak sebanyak di museum nasional.

Di dalam museum fatahillah ini terdapat ruang terbuka di tengah yang bagus banget buat foto-foto. Dengan interior yang menunjukan tatanan kota jaman penjajahan. Yang memperlihatkan bangunan arsitektur belanda.

Setelah mengitari museum fatahillah kita melanjutkan perjalana ke museum seni yang terletak tidak jauh dari museum fatahillah.

Tiket masuk sama lima ribu rupiah. Museum seni ini memiliki pelataran yang luas. Di pelataran di perlihatkan andong atau delman milik para raja jaman dulu. Begitu indah penuh dengan ukiran dan polesan emas.

Pertama kali masuk, disuguhi dengan beberapa  contoh cat yang digunakan untuk melukis. Kemudian di lanjut dengan ruangan yang penuh dengan lukisan, mulai dari lukisan abstrack sampai kontemporer. Setelah ruang lukisan kita bisa melihat ruang yang berisi beberapa patung dan kerajinan seni lainnya.