Bukan mengapa tapi untuk apa

M (( Pemuda Arab bernama Muhammad))
E (( Elyas, seorang Persia teman Muhammad))


M : Kau tahu makna syahid, Elyas?
Elyas menggeleng.

M : Kata itu melekat pada nama Allah: Asy Syahid: Yang Maha Menyaksikan dan Disaksikan. Dia menyaksikan dalam segala sesuatu. Tidak dibatasi ruang dan waktu. Allah hadir, tidak gaib dari segala sesuatu. Sekaligus menjadi saksi segala sesuatu. Seorang muslim yang gugur dalam kepentingan agama Allah disebut syahid karena malaikat menghadiri kematiannya.

E : Kau yakin Allah akan mengabulkan doa kesyahidanmu?

M : Nama-Nya yang lain adalah Al Mujib: Maha Mengabulkan. Jika engkau terus berdoa, Dia akan mengabulkannya.

E : Mengapa kita harus berdoa? Bukankah Allah Mahatau kebutuhan kita?

M : Agar manusia menjadi rendah hati. Tahu diri siapa hamba dan siapa Tuhannya. Ketika kau hendak melakukannya, engkau mengusir sikap sombong, malas, apalagi berharap kepada selain Allah.

E : Itu sebabnya kau begitu dingin, Muhammad?

M : Dingin?

E : Tidak berharap kepada selain Allah. Kau tidak pernah marah, tersinggung, mengeluh, bersedih, iri. Karena engkau tak menganggap urusan dengan sesama manusia penting untuk kau pikirkan?

M : Tepatnya, aku tak pernah menyandarkan harapanku kepada sesama manusia sehingga aku tak merasa kecewa ketika dikecewakan. Tak merasa harus marah ketika orang menyakitiku. Tak merasa iri jika orang lain mendapat lebih banyak rezeki.

E : Di dunia ini hanya ada engkau dan Allah?

M : Kau boleh menyederhanakannya seperti itu. Tetapi, hubunganmu dengan Allah dijembatani oleh pergaulan dengan manusia. Jadi, tak berarti engkau harus menyendiri di puncak gunung dan tak melakukan apa pun selain shalat. Sebab, ibadah yang lebih dicintai Allah selalu yang bermanfaat bagi banyak orang.

E : Jadi, ketika engkau tersenyum, itu karena Allah. Engkau berperang itu karena Allah, engkau bersedekah, itu karena Allah. Begitu?

M : Aku mengusahakannya dengan sungguh-sungguh

E : Apa yang engkau pahami ketika aku menolongmu dalam hujan batu itu? Allah menunda pengabulan doamu?

M : Allah tak menunda apapun. Dia merencanakan hal lain pada sisa hidupku. Bukankah aku pernah mengatakan kepadamu, Elyas? Agar engkau sesekali tidak bertanya mengapa, tetapi untuk apa segala sesuatu terjadi pada hidupmu?

E : Untuk apa engkau selamat, sedangkan para pemanah yang lain gugur dibawah dinding itu. Begitu maksudmu?

M : Ya. Itu meringankan pikiranmu dan mengusir prasangka buruk kepada Allah. Sebab, Dia Mahatahu segala sesuatu, sedangkan kita tidak begitu.


Seri ketiga dari novel biografi
Muhammad Sang Pewaris Hujan
Tasaro GK

Tidak ada komentar

Posting Komentar