When You Feel Envy......

Rasa ini, rasa yang pasti menganggu setiap orang. Setiap orang pasti merasakan rasa ini. Disadari atau tidak. Kadang ada yang menyangkal, tapi ada juga yang dengan terang-terangan mengakui.

Dan tentunya rasa ini juga menghampiri aku. Secara aku juga seorang manusia yang memiliki hati, sama seperti manusia lainnya. Meskipun aku tahu iri hati adalah penyakit hati yang jahat di dunia ini. Yang seharusnya dihindari, tapi tetap saja rasa itu kadang muncul di diriku, baik aku sadari atau tidak.

Dulu di saat beberapa temanku sudah selesai menyelesaikan skripsi, sedangkan aku masih terlunta lunta bimbingan. Rasa itu datang dengan keganasannya, membobol hatiku yang sudah aku pagari dengan kuat.

Lebih lebih saat temanku sudah wisuda sedangkan aku masih setia bimbingan. Padahal kita memulai belajar bersama-sama, ngerjain tugas sama2, nilai juga gak beda jauh, tapi kenapa mereka bisa wisuda lebih dulu sedangkan aku tidak.

Kemudian saat aku sudah wisuda, dan mulai mencari pekerjaan. Rasa iri itu datang disaat aku masih sibuk mencari kerja sedangkan temanku yang lain sudah mendapat pekerjaan.

Aku berpikir, kenapa aku tidak bisa mendapat pekerjaan secepat mereka, padahal aku merasa kemampuanku sama bahkan lebih dari mereka, merasa aku juga seharusnya bisa.

Disaat aku sudah mendapat pekerjaan, rasa iri itu tetap datang. Aku merasa iri dengan mereka yang mendapat gaji yang lebih tinggi dari pada aku. Mendapat pekerjaan yang jam kerjanya tidak sepadat jam kerjaku. Kenapa mereka begitu beruntung, kenapa aku tidak seberuntung mereka.

Aku tahu rasa iri itu akan selalu mengikutimu kemanapun kamu pergi. Kamu akan merasa iri terhadap mereka yang bisa mendapatkan apa yang tidak bisa kamu dapatkan.

Tidak hanya orang dewasa yang sudah mampu menilai sesuatu, anak kecil pun juga rentan dengan rasa ini. Lihat saja saat anak kecil melihat mainan temannya lebih bagus daripada dia, dia pasti akan merengek meminta mainan yang sama atau bahkan lebih bagus dari mainan temannya itu.

Sebenarnya setiap orang memiliki rasa iri yang sama, tapi tiap orang mempunyai cara sendiri-sendiri untuk menghadapinya. Semua punya cara sendiri-sendiri untuk memenangkan rasa iri ini. Rasa ini memang sangat menyakitkan membuat sesak di dadamu.

Bagiku untuk meredam rasa itu, untuk dapat mendingikan rasa itu. Aku hanya perlu bersyukur dengan kehidupanku. Mungkin jawabaku terdengar sangat naif, atau mungkin kalian berfikir bahwa aku sangat munafik.

But, yeah aku selalu berusaha untuk melakukan itu. Bagaimanapun keadaanku saat itu, separah apapun rasa iri itu. Jika kalian tanya rasa syukur itu aku peroleh dari mana, aku memperolehnya disaat aku melihat kebawah. Menurutku hidup tidak selalu harus melihat keatas, kadang kita harus melihat kebawah agar bisa bersyukur dengan apa yang kita peroleh.

Disaat aku iri dengan teman-temanku yang sudah menyelesaikan skripsinya, aku melihat ada kakak tingkatku yang skripsinya sama belum selesainya dengan aku. Disaat aku telat wisuda aku melihat ada temanku yang belum wisuda saat aku wisuda.

Disaat aku melihat temanku cepat mendapat pekerjaan, aku melihat ada banyak orang disana yang menganggur lebih lama dari aku. Disaat aku melihat gaji temanku lebih tinggi dari aku, aku melihat ada banyak juga temanku yang gajinya lebih rendah daripada aku tetap bertahan di pekerjaannya.

Bagiku hidup itu harus seimbang, ada saatnya kita di atas ada juga saatnya kita dibawah. 

Tidak ada komentar

Posting Komentar