Senja di Masjid Gedhe Kauman

Masjid gedhe kauman
Setiap pergi ke Jogja aku memang selalu menyempatkan diri untuk numpang shalat di Masjid Gedhe Kauman ini. Selain karena letaknya di pusat kota dekat dengan keraton dan Malioboro juga kerena tempatnya yang nyaman dengan arsitektur khas jawa yang menawan. 


Jam di ponsel menunjukkan pukul 17.30 WIB saat dokar yang kami tumpangi berhenti di Titik Nol Jogja yang ramai dipenuhi dengan pengunjung dan para pedagang kaki lima. Aku dan teman-temanku segera turun dan melangkah menuju tempat duduk di depan Monumen Benteng Vredebug. Tujuan kami ke sini memang untuk menghabiskan sore. Tak lama berselang adzan masjib berkumandang dilangit Jogja.

Kamipun bersegera menuju masjid tempat adzan itu berasal, yang kami taksir berasal dari Masjid Gedhe Kauman yang berada di dekat Keraton Jogja di area Alun-alun Lor (Utara). Kami berjalan kaki menuju masjid sambil menikmati suasana senja di jogja yang katanya romantis itu.


Masjid Gedhe ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tanggal 29 Mei 1973. Arsitek yang merancang bangunan masjid adalah Kyai Wirokusumo. Dan penghulu keraton pertamanya adalah Kyai Fakih Ibrahim Diponingrat. Masjid ini selain dibangun sebagai sarana ibadah keluarga kerajaan beserta rakyat juga sebagai kelengkapan Kerajaan Islam Ngayogya Diningrat.

dalam masjid gedhe kauman

Sebelum memasuki masjid, kalian harus melewati pintu gerbang berupa pagar batu berwarna putih. Lalu akan nampak bangunan masjid yang berkontruksi semar tinandu dengan banyak tiang-tiang penyangga berupa kayu-kayu jati ukiran yang indah sekali. Jumlah tiang tersebut kira-kira 36 tiang dengan 4 tiang utama masing-masing setinggi 4 meter. Tiang tersebut tetap kokoh berdiri sejak 400-500 tahun yang lalu hingga kini.


Atap bangunan berbentuk seperti piramyda atau limas segi empat bersusun tiga  yang disebut atap tajug lambing dan templok. Pola ini bermakna tiga tahapan pencapaian kesempurnaan hidup manusia yaitu hakikat sayriat dan makrifat . Diujung atap tersebut terdapat mustaka berbentuk daun kluwih yang memiliki arti keistimewaan bagi seseorang yang telah mencapai kesempurnaan hidup. Dan ghada berbentuk huruf alif yang berarti hanya Allah yang satu.

interior masjid gedhe kauman

Tempat wudhu wanita berada di sebelah kiri masjid sedangakan untuk pria sebelah kanan masjid. Untuk melakukan shalat kalian bisa masuk ke dalam masjid lewat pintu kayu jati berukiran, atau bila di dalam sudah penuh kalian bisa menggunakan serambi masjid di depan. Serambi ini biasanya juga digunakan sebagai tempat dakwah atau melakukan acara-acara keagamaan lainnya. Disebelah utara dan selatan masjid terdapat ruang yang disebut pagongan, ruang yang digunakan utnuk menyimpan gamelan jawa. Setiap bulan Maulid gamelan ini akan dimainkan dan diselingi dengan dakwah ulama. Kegiatan ini tetap dilesatarikan tiap tahunnya hingga kini.


Sore itu di bawah langit yang memedarkan warna orange keabu-abuan, kami memasuki masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan warisan budaya Jawa. Kalian, jangan sampai melewatkan momen seperti ini ya ketika di Jogja.


#odopicc #30hbcicc #indonesiancontentcreator #30haribercerita #odopiccday3

1 komentar

  1. Harus mampir nih aku kalo ke jogja lagi ,tempat model has jawa gini nih yang aku suka malah hehe

    BalasHapus