Catatan Perjalanan Bung dalam Arah Langkah

arah langkah fiersa besari
Menulis kisah nyata itu butuh keberanian. Salut banget sama Bung (panggilan Fiersa Besari) atas keneraniannya menulis buku  Arah Langkah, dia mampu menampilkan sisi buruk dirinya tanpa takut mendapat cap negative dari para penggemarnya. Padahal dia kini sedang benar-benar naik daun. Namanya mulai meroket sejak buku Catatan Juang-nya terbit. Ditunjang kemampuannya dalam bermusik nama Bung semakin santer dimana-mana. Kabar terbaru mengatakan bukunya yang berjudul Garis Waktu akan di film kan.


Dalam buku arah langkah ini dia menceritakan tentang perjalanannya keliling Indonesia bersama dua kawannya, Anisa Andini yang biasa di panggil Prem dan Baduy. Sebenarnya perjalanan ini hanya sebagai pelarian Bung setelah patah hati. Perjalanan di awal menuju titik barat Indonesia, Aceh. Perjalanan dengan budget yang minim, mengandalkan transportasi umum yang murah dan jaringan pertemanan.


Lewat jejaring pertemanannya di twitter dia bertemu dengan orang-orang yang banyak membantunya di destinasi yang di datangi. Mendapat bantuan tempat tinggal dan rekomemdasi tempat yang paling oke buat di kunjungi. Ternyata dunia maya berguna juga ya buat backpacker seperti ini.


Tak hanya tentang sebuah perjalanan, arah langkah juga banyak banget menguak keindahan alam Indonesia. Menampilkan budaya dan adat istiadat beberapa daerah yang bisa menambah pengetahuan kita tentang negara kita sendiri. Tentang keterbatasan daerah-daerah pelosok, dimana listrik hanya ada saat menjelang malam. Harusnya kita kudu bersyukur lo hidup di Kota yang dapat mengguna
kan listrik setiap saat.


Kisahnya disisipi romansanya yang kandas ditengah jalan. Miris banget bacanya, ya namanya belum jodoh ya Bung. Semoga Bung dapat yang terbaik buat Bung.


Tapi ada sesuatu yang bikin saya agak was was bacanya. Buku ini tidak di bandrol batasan usia, sedangkan ada satu sisi dari Bung yang bagi saya tak patut untuk dicontoh. Pergaulan bebas anak Pecinta Alam, mabuk-mabukan dan penggunaan daun terlarang. Yang saya takutkan adalah saat ada pembaca dalam usia yang masih labil, akan mencontohnya. Meskipun didalam buku ini sudah di jelaskan bahwa itu tak baik. Tapi tetap saja saya merasa khawatir.


But at all saya suka cerita perjalanan fiersa besari dalam arah langkah. Bikin pingin menyambangi tempat-tempat indah yang di kisahkan di dalamnya.




18 komentar

  1. Gaya setiap penulis memang beda-beda dan memiliki ciri khasnya, contohnya seperti Fiersa Besari yang punya nyali dalam menampilkan sisi buruk dirinya, padahal langkah ini mungkin saja jarang dilakukan oleh penulis lainnya.

    Sudah sepatutnya hal-hal yang kurang baik, tidak dituang ke dalam buku ya, cukup si penulis saja yang mengetahuinya. Tapi mungkin dari sudut pandang yang lain si penulis ingin memberikan pesan yang mendalam terhadap pembacanya.

    BalasHapus
  2. Ceritanya sepertinya seru untuk dibaca. Saya jadi inget waktu piknik ke Pulau Pisang di daerah pesisir barat Lampung. Disana listrik hanya akan hidup pada waktu malam hari. Jika siang hari maka tidak bisa aktivitas seperti kita yang tinggal di kota.

    BalasHapus
  3. Aku baca beberapa buku bung dan emang mulai naksir sama perjalanan hidupnya. Beberapa kali stalking twitternya dan scroll ig nya juga. Beberapa quotenya juga sering kurepost di ig. Bahkan lagunya Waktu yang Salah pun sering menemaniku ngeblog. Mantap dah bung!

    BalasHapus
  4. Aku salah satu penggemar Fiersa Besari
    Selalu suka sama diksi pilihannya dalam merangkai kata
    Penuh makna dan bikin mikir
    Apalagi lirik-lirik lagunya

    Nah, bukunya aku belum baca nih
    Jadi penasaran pengen baca deh setelah lihat review ini

    BalasHapus
  5. Saya pernah buat video puisi pendek, trus temen komen klo suara saya mirip Fiersa padahal saya belum pernah benar2 mendengarkan karyanya heheh
    Dan baru tau saya kalau ia juga merilis buku perjalanan

    BalasHapus
  6. Tingkat penerimaan dirinya sudah tinggi ya, dan punya konsep diri. Makanya Bung santai saja menuliskan sisi gelap diri. Btw mudah2an kalangan pembaca muda tidak terpengaruh ya dengan pengalaman masa lalunya yang sempat menggunakan daun terlarang.

    BalasHapus
  7. Si Bung mampu memanfaatkan media sosial nya buat terhubung dengan banyak orang di dunia nyata. Lumayan juga ya bisa mendukung kegiatan bertualang

    BalasHapus
  8. Perlu keberanian menuliskan kisah pribadi apalagi di saat sedang meroket namanya seperti Fiersa Besari. Kekhawatiran yang sama. Kuatir diikuti anak muda yang masih labil pikirannya secara dia pengikutnya kan banyak ya ...Duh

    BalasHapus
  9. Aku tau Fiersa Besari awalnya dari Fahd Djibran yang nulis curhat setan, sekarang namanya jadi Fahd Pahdepie apa ya lupa. Lalu Fiersa terus mengasah kemampuan musikalisasinya terua dikenal orang banyak. Kalau sekarang dia buku nggak kaget sebenernya ya karena itu, dulu pernah kerja bareng sama Fahd Djibran

    BalasHapus
  10. Menampilkan sisi buruk itu sebenarnya (pengalaman kecil saya) justru memang lebih menenangkan. Sudah menerima diri sendiri dan respon orang lain apa adanya.
    Keren juga karya Fiersa Besari ini bakal difilmkan. Semoga bisa menikmati karyanya segera.

    BalasHapus
  11. Jarang ada orang yang berani mempublish sisi buruk dalam dirinya. Salut dengan penulis buku ini ya mungkin beliau ingin memberitau bahwa jangan ditiru sisi buruk yang ada pada dirinya

    BalasHapus
  12. Fiersa Besari?
    Duh, saya kok kudet ya, nggak tahu siapa dia.
    Tapi hebat juga dia ya, mau menuliskan sisi buruk dirinya. Padahal kalau udah terkenal, biasanya orang menyembunyikan sisi buruk dalam dirinya

    BalasHapus
  13. Gak banyak seorang penulis yang mempublikasikan sisi buruk pada kepribadiannya.
    Dan menarik banget untuk dibaca "Catatan Perjalanan Bung dalam Arah Langkah", pasti disitu menuliskan berbagai hal yang ia temukan dalam perjalanan hidupnya yang membuat ia menjadi seperti sekarang.

    BalasHapus
  14. Bukan termasuk fans berat Bung sih, cuma sudah baca Arah Langkah dan memang ada banyak cerita keindahan dan kisah kepiluan serta selingan kenakalan. Apapun itu, Bung memang cukup menginspirasi

    BalasHapus
  15. Saya belum pernah membaca satu pun karya beliau. Hanya mendengar kalau banyak yang pro dan kontra. Namun buku yang ini, sepertinya saya tertarik karena keinginan saya yang travelling keliling Indonesia. Hanya saja jika kisah ini ditulis ketika Fiersa masih muda, kemungkinan besar kondisinya sudah tidak akurat sama.

    BalasHapus
  16. Bung memiliki keberanian yang luar biasa dalam menulis, tidak semua penulis berani menuliskan sisi lain dalam diri penulis sendiri. Meskipun kadang kita ketika sedang baca dapat meraba bagaimana perasaan penulis ketika menuliskan tersebut. Dalam kata lain karakter penulis kadang terbaca lewat tulisannya.

    BalasHapus
  17. Respek, tulisannya bagus, semangat terus dalam berkarya

    BalasHapus