dkjshfkmdsacknbajcndwakncdiejhceuiwj

Kumpulan Cerita Perjalanan

Boleh kah??



Ya Allah,
Boleh kah aku merajuk sebentar saja
Atas apa-apa yang Kau dekatkan kemudian Kau jauhkan
Atas apa-apa yang Kau berikan kemudian Kau ambil lagi
Atas apa-apa yang  ku minta yang tak kunjung Kau berikan

Ya Allah,
Maaf, maafkan aku
Yang masih kekanak-kanakan
Yang terlalu sering merajuk
Yang terlalu sering lupa dengan apa-apa yang Kau berikan

Ya Allah,
Maafkan aku yang lupa
Lupa dengan apa-apa yang Kau berikan tanpa ku minta
Lupa dengan nikmat yang begitu banyak Kau berikan tanpa aku meminta
Hanya karena Kau mengambil sebagian kecil apa yang Kau berikan, aku merajuk
Hanya karena Kau memberi jarak sedikit dengan apa yang ingin aku dekat, aku merajuk
Hanya karena Kau menjeda waktu untuk memenuhi permintaan ku, aku merajuk

Ya Allah,
Maaf, maafkan aku yang tak kunjung dewasa
Maafkan aku yang tak kunjung paham
Maafkan aku yang tak kunjung mengerti
Maafkan aku yang masih sering suudzon terhadap-Mu

Me time

Hari ini rencananya saya ke car free day di jalan Ijen, namun karena bangunnya kesiangan dan temen yang ngajakpun sama kesiangan bangunnya jadilah batal. Karena ngerasa bosen di rumah dan pingin jalan, sayapun ngajak teman (teman yang berbeda dari plan pertama) untuk nonton. Dan ternyata teman saya nggak bisa karena ada kerjaan.

Akhirnya saya putuskan buat nonton sendiri. This is my first time nonton bioskop sendirian. Awalnya agak bimbang juga sih mau berangkat pa nggak. Tapi karena emank pingin banget nonton tu film akhirnya saya pun berangkat. Saya nonton di Sarinah cineplex, kenapa?? Karena tempatnya dekat sama Gramedia jadi saya bisa nunggu di Gramedia sebelum film tayang.

And yeah, saya menikmati jalan-jalan sendiri. Rasanya udah lama banget nggak jalan-jalan sendiri. Secara di malang teman dan sodara banyak, jadi ketergantungannya semakin besar. Kalo pingin kesana kesini ajak teman, minta di jemput, minta di antar. Berbeda banget waktu saya di Jakarta, saya lebih mandiri. 

Mau belanja bulanan ke swalayan gak ada temen ya berangkat sendiri. Mau cari buku ke Gramedia ya berangkat sendiri. Nggak pernah minta jemput teman buat diantar kesana kemari.
Pelajaran hari ini : Yang bikin seru jalan sendiri itu, kamu bisa kemana aja sesukamu tanpa perlu berdiskusi dengan teman apakah mereka suka atau tidak.

Tentang Teman Hidup

Boleh kah aku jawab seperti ini

Mungkin kita terlalu sering melihat mereka yg dengan mudah di pertemukan

Sehingga kita lupa ada yang bertahun-tahun pun bisa bertahan sendiri 
Tak bisa kita ungkapkan kan bagaimana galaunya mereka
Tapi mereka ikhlas

Mungkin kita terlalu sering hanya melihat kebahagiaan dalam suatu pernikahan

Sampai kadang kita lupa setiap keluarga punya masalahnya sendiri
Yang perlu di pertanyakan benar-benar sudah siap kah kita
Atau.... Hanya terbawa arus saja

Bukan kita yang memperumit...

Memang belum waktunya saja...



Note : mungkin saya mulai lelah....😄😄

Tentang Dia

Dia partner debatku. Kita bisa ngobrol berjam-jam lamanya membicarakan banyak hal. Berdebat tentang berbagai macam masalah. Agama, karir, pekerjaan, kehidupan dan masa depan. Dia yang Aku sayang dan menyayangiku waktu itu.

Kini tak ada lagi debat seru seperti dulu. Kini tak ada lagi yang dengan tegas mendebatku dan menjelaskan dengan lembut. Memberi tau seperti ini dan seperti itu. Tak ada lagi ceramah berjam-jam tentang ini dan itu. Aku kehilangannya, kehilangan parter debatku. 

Aku kehilangan alarm hidupku, yang membangunkan ku tengah malam hanya untuk mengingatkan shalat. Tak ada lagi yang bernyanyi di telefon menggantikan suara mp3. Tak ada yang tiba-tiba melantunkan dengung Alquran di telingaku disela-sela pembicaraan hanya karena aku meminta untuk mengaji.

Rasanya baru kemarin dia ngoceh "aku nggak akan maksa kamu pake jilbab, itu terserah kamu. Tapi nanti kalo kita menikah aku pasti akan menyuruhmu berjilbab". Yang langsung aku tolak.

Dia pun melanjutkan "istri itu tanggungjawab suami. Kalo istriku nggak berjilbab bagaimana nanti aku mempertanggung jawabkan nya di hadapan Allah? Apa ya kamu mau aku di siksa di neraka karena kamu ga mau menutup aurat?" Penjelasanmu langsung menancap di hatiku.

Kamu pun tak pernah berhenti mengingatkan, "Al-Quran itu jangan cuma dibaca aja, tapi di baca juga terjemahannya". Yang masih sering pula aku debat. Sampai akhirnya kamu membelikanku al-quran terjemahan. Penjelasanmu setiap apa apa yang aku debat membuatku speechless.

Dan akhirnya kamu memutuskan untuk mengakhiri semua. Melepas semua angan-angan tentang masa depan bersama. Kamu bilang belum siap untuk menikah, lebih baik jangan menambah dosa. Lebih baik seperti ini tanpa hubungan. Jujur aku masih belum bisa menerima penjelasanmu.

Tapi toh aku sudah siap akan terjadinya hal itu. Aku sudah menyiapkan hatiku untuk mendengar kata-kata itu darimu.

Saat kamu menjelaskan semua, atas semua tanyaku yang tak pernah ada habisnya. Toh saat semua benar-benar berakhir tak ada air mata setetes pun yang jatuh dari mataku. Aku sudah paham tak ada pacaran dalam islam. Aku hanya merasa kehilangan partner debatku.

Para Lajang


Bertemu pertama kali saat masuk SMA. SMAN 8 Malang kelas X.2 barisan bangku paling barat dekat jendela. Boleh dibilang geng, boleh dibilang friendship. Kita terdiri dari 6 orang cewek, dua orang sudah menikah. Satu orang sudah akan punya dua anak. Dan empat orang lajang, termasuk saya di dalamnya. Sebut saja kita para lajang. 

Dulu, waktu masih sama sama lajang sering kumpul bareng. Setelah dua teman saya menikah pun masih intens meet up. Namun akhir-akhir ini hanya para lajang yang intens meet up. Karena yang satu hamil tua dan satunya lagi sibuk organisasi.

Dan setiap meet up selalu saja ada hal yang bisa di tertawakan. Awal mula kegilaan kita dari pengepungan anjing di museum zoology. Kalo di ingat-ingat bikin ngakak sampe perut sakit. Kedua adegan slowmotion jatuh dari tangga abis mam bakso.

Bener deh kata orang kalo teman yang baik liat temennya jatuh akan bilang "kamu baik-baik saja?", kalo sahabat dia akan menertawakanmu terlebih dulu baru menolongmu. Dan peristiwa ketiga tentang penganiayaan anak kecil. Nggak bener-bener menganiaya lo, kita hanya berkhayal bagaimana kalo seperti ini dan itu. Dan akhir nya kita heboh sendiri. 

Lajang pertama namanya Vivi Dwi Aryanti. Sudah booked ya jadi Ndak boleh diganggu bentar lagi uda sold. Pacarnya kerja di Bali, ldr-an sudah lama. Jadilah kalo malam minggunya tetep sama kita para lajang. 

Lajang kedua namanya Aldila Putri Karindra. Putri galau yang gagal move on. Gadis cantik dengan gigi gingsul yang perfectionis ini sedang menempuh jenjang strata 2. Karena dia heboh galau mulu jadilah kita tumbal yang harus menghiburnya. 

Lajang ketiga namanya Amelya Juwita Sari. Biasa di panggil Chimot / Arai. Kacamata, mata sipit dan pipi tembem jadi ciri khasnya. Suka berpetualang ke alam dan easy going. Sumber berita kita kalo ada film, lagu dan gosip artis terkini. Sekarang lagi sibuk dengan bisnis kuliner after resign. Setelah ditinggal nikah sama mantannya sekarang lagi berjalan move on ke mas fotografer berinisial "H". 

Dan lajang ke empat adalah saya.

Hai para lajang, tetep berusaha dan berjuang ya. Semoga kita segera menemukan dan ditemukan dengan jodoh pilihanNya. 

"Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan".
"Perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, begitu pula sebaliknya".

Dua Sisi, Gili Trawangan

Gili trawangan, pulau kecil ini terletak di sebelah utara pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Yang membuat pulau ini menarik adalah peraturan yang melarang pengunjung menggunakan kendaraan bermotor.  Jadi alat yang transportasi yang digunakan adalah sepeda, delman dan pedati. Bebas polusi itulah salah satu hal yang dicari  pengunjung. Selain itu ada sebagian lain yang dicari para pengunjung.


Bulan Agustus kemarin saya berkesempatan untuk mengunjungi pulau kecil ini. Untuk sampai ke Gili trawangan kita harus naik perahu kayu dari pelabuhan bangsal, Senggigi. Tiket bisa di beli di peron pembelian di pelabuhan dengan harga 5 ribu rupiah per orang, untuk turis asing harga berbeda.

Hari sudah hampir sore waktu saya berangkat dari pelabuhan bangsal. Butuh waktu sekitar 30-45 menit menyebrang tergantung dari ombak lautan. Sampai di gili trawangan waktu sudah hampir memasuki waktu maghrib. 

Sesampainya saya di gili trawangan, saya dan teman-teman saya berjalan jalan sebentar di sepanjang pinggir pantai. Di pinggir-pinggir pantai dipenuhi dengan caffe, bar, rumah makan dan mini market. 

Suara music memenuhi jalanan disana. Mulai music regae, pop, rock. Caffe dan bar diusung sesuai dengan tema music masing-masing.

Karena mayoritas pengunjung adalah turis asing yang gaya berpakaiannya sedikit terbuka, saya yang berkerudung menjadi merasa aneh sendiri berjalan diantara mereka. Aneh karena berjalan di caffe dan bar tempat party. Pertama dan terakhir saya ke caffe n bar itu saya nonton kKahitna dan waktu itu saya belum berjilbab.

Semakin malam suana pinggir pantai semakin semarak dan ramai. Lampu mulai di nyalakan, music semakin kencang dan pengunjung mulai keluar dari penginapan dan memadati pinggir pantai. Bagi saya kehidupan disana sangat bebas. Minuman keras disajikan, hampir semua caffe menjadi tempat party malam hari. Kehidupan malamnya sangat semarak.

Memasuki waktu maghrib, saya dan teman-teman saya mencari masjid untuk shalat. Setelah mendapat arahan dari warga kami pun berjalan menuju tempat yang di beritahukan. Tempatnya masuk ke dalam, melewati beberapa penginapan dan tempat permukiman warga. Suasana lebih sepi dan tenang, sesekali melintas pedati membawa karung-karung besar entah apa isinya.

Semakin kedalam sesekali terdengar suara anak kecil mengaji di dalam rumahnya. Di sisi ini saya merasa sedang berada di permukiman muslim. Dimana suara anak-anak mengaji terdengar di setiap rumah. Dan ternyata masjid disini juga besar, meskipun masih dalam tahap renovasi. Beberapa jamaah laki-laki terlihat masih berdiam diri di sana. 

Dua sisi yang berkebalikan ini yang saya temui disana. Di balik hingar bingar gili trawangan, ternyata masih ada ayat-ayat alquran yang terlantun. Masih ada Warga disana yang tidak terkontaminasi dengan kehidupan bebas yang dibawa pengunjung.