Taaruf itu possible

Berbicara soal menikah, soal penyempurnaan separuh agama, tentang sunah Nabi Muhammad SAW. Taaruf merupakan jalan menuju sana. Dimana dalam taaruf dilakukan pengenalan diri antar calon pasangan.

Dulu waktu masih tergolong remaja belasan tahun, yang masih tak mengerti tentang hal mendasar soal menikah, suatu hal untuk membangun keluarga baru.

Yang saya pahami waktu itu hanya untuk melakukan apa yang memang sudah menjadi siklus manusia yaitu sekolah-kuliah-kerja-menikah-punya anak dan seterusnya.

Dan waktu itu pandangan saya, hal tersebut harus dimulai dengan pacaran. Mengenal calon pasangan, tau kebiasaannya dan segala hal baik maupun buruk dari pasangan, ya dari proses pacaran tersebut.

Sempat pula saya beberapa kali menjalani proses pacaran tersebut yang pada akhirnya hubungan tersebut kandas di tengah jalan. Sebenarnya saya tau bahwa islam tidak mengajarkan kita untuk pacaran.

Namun karena ke tidak pahaman saya, ke tidak mengertian saya, saya pun melakukan apa yang dilarang oleh agama saya. Dosa, iya. Tapi bukankah Allah itu maha pemberi maaf.

Dan kalau saya ingat-ingat lagi sekarang bagaimana dulu saya merasa bahwa taaruf itu hal yang tidak mungkin. Menurut saya dulu, bagaimana mungkin mengenal seseorang yang nantinya akan seumur hidup kita bersamanya hanya lewat obrolan yang tidak intens. Yang setiap pertemuan selalu didampingi keluarga atau teman dekat. Bagaimana bisa? Its impossible.

But now. Saya mulai mengerti, saya mulai paham dengan apa yang di ajarkan oleh agama memang baik untuk kita. Setelah banyak tau dari buku, blog dan cerita nyata teman, temannya teman, orang-orang yang menjalani taaruf. Orang-orang yang menjalankan sesuai perintah agama, sesuai dengan syariat. 

Saya mengubah sudut pandang saya dari taaruf yang impossible menjadi possible.

Nyatanya setelah saya membuka pandangan saya. Melihat lebih jauh dan belajar lebih banyak, banyak banget kok orang-orang yang membentuk keluarga baru berawal dari taaruf. Orang-orang yang enggak pernah pacaran.

Orang-orang tersebut menjaga kesucian dirinya sampai akhirnya bertemu dengan pasangan hidupnya. Bukankah Allah sudah menjanjikan bahwa yang baik untuk yang baik begitu pula sebaliknya. 

Bagaimana seseorang berkenalan hanya dimulai dari tukar menukar CV tanpa pernah bertemu. Bagaimana seseorang mengetahui sikap dan sifat seseorang dari tulisan CV nya. Bagaimana seseorang mencoba mengenal calon pasangan dari orang tua, teman dekat dan saudara pasangannya.

Bukan dari tatapan mata, bukan dari gandengan tangan atau kata-kata mesra pasangannya. Its so cool right?

Bagaimana seseoramg akhirnya yakin untuk menghabiskan separuh hidupnya bersama dengan seseorang yang mungkin baru kenal 1 atau 2 bulan. Dimana intensitas bertemu tak lebih dari 5 sampai 10 kali itupun ada yang menjembatani, ada yang menunggui. Tak ada privasi bertemu berdua saja yang ditakutkan akan menimbulkan fitnah.

Toh pada akhirnya, apa yang memang di berkahi Allah inshaAllah pasti bahagia. Siapa lagi yang bisa membolak-balikkan hati ini dari yang bimbang menjadi mantap dan sebaliknya, selain Dia sang Pencipta.

Semoga saya pun di beri ke istiqomahan untuk menjaga diri. Sebelum waktunya dipertemukan oleh Allah. Aamiin.

Tidak ada komentar

Posting Komentar